11 Maret 2008

Merokok Dalam Pandangan Islam

Menarik sekali tulisan tentang larangan merokok diblog warta stei. Akhirnya saya tertarik juga untuk menulis tentang larangan merokok yang menurut saya hanya simbolis saja karna tidak ada efeknya bagi para pelakunya gak percaya ! coba lihat gambar dibawah ini

Sebenarnya sudah banyak spanduk larangan merokok sampai ke pemasangan sticker di sudut-sudut gedung tapi kalau kita lihat gambar disamping Jelasss… gak ada pengaruhnya kan!

Saya mengutip komentar pak Dr. Hamsar Lubis diblog warta stei beliau bilang “Setuju gak setuju terhadap rokok, saya kira tergantung sudut pandang. Saya sendiri bukan perokok, tetapi saya melihat rokok dari sisi benefit-cost. Tipikal sudut pandang ekonom. Haa...aa..” dan komentar dari pak Drs. Djoni T beliau bilang “Saya kira bukan dilarang merokok.. tapiiii... merokok lah sepuasnya tanpa merugikan orang lain yang tidak merokok.. itulah orang yang bijaksana.. oke ga ??” itu menurut sudut pandang mereka lalu bagaimana menurut sudut pandang Islam?
berikut adalah Fatwa dari Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin * )


Dalil dari Al-Qur’an adalah firmanNya.

“Artinya : Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” [Al-Baqarah : 195]

Maknanya, janganlah kamu melakukan sebab yang menjadi kebinasaanmu.

Wajhud dilalah (aspek pendalilan) dari ayat tersebut adalah bahwa merokok termasuk perbuatan mencampakkan diri sendiri ke dalam kebinasaan.

Sedangkan dalil dari As-Sunnah adalah hadits yang berasal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara shahih bahwa beliau melarang menyia-nyiakan harta. Makna menyia-nyiakan harta adalah mengalokasikannya kepada hal yang tidak bermanfaat. Sebagaimana dimaklumi, bahwa mengalokasikan harta dengan membeli rokok adalah termasuk pengalokasiannya kepada hal yang tidak bermanfaat bahkan pengalokasian kepada hal yang di dalamnya terdapat kemudharatan.

Dalil dari As-Sunnah yang lainnya, sebagaimana hadits-hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi.

“Artinya : Tidak boleh (menimbulkan) bahaya dan juga tidak oleh membahayakan (orang lain)” [Hadits Riwayat Ibnu Majah, kitab Al-Ahkam 2340]

Jadi, menimbulkan bahaya (dharar) adalah ditiadakan (tidak berlaku) dalam syari’at, baik bahayanya terhadap badan, akal ataupun harta. Sebagaimana dimaklumi pula, bahwa merokok adalah berbahaya terhadap badan dan harta.

Jelass… dalam Islam merokok itu adalah HARAM jadi pesan saya buat anda yang masih menjadi ‘AHLI HISAB’segeralah MATIKAN Rokok anda atau Rokok yang akan MEMATIKAN anda.


*) sumber : Almanhaj

03 Maret 2008

Film Ayat-ayat Cinta (AAC)

Sudah nonton Film Ayat-ayat Cinta (AAC) atau baru mau nonton ?
Film ini sepertinya memberikan animo yang cukup besar kepada masyarakat sampai – sampai seorang Din Syamsudin pun dalam sebuah iklan di televisi merekomendasikan kepada umat Islam untuk menonton film ini. Seperti apa sih film ini? Apa film ini memberikan pelajaran yang baik atau ilmu yang bermanfaat kepada para penontonnya, jujur saja saya sendiri belum menontonnya dan gak kepengen nonton, bukunya aja belum pernah saya baca.

Film Ayat-ayat Cinta (AAC) jika dilihat sekilas akan nampak seperti kisah Nabi Yusuf ketika dituduh memperkosa, dengan sedikit tambahan alur-alur. Sama seperti film luar, Contact, yang hampir serupa dengan cerita Isra Miraj. Namun AAC hadir di masa kini mengenai seorang pemuda yang sedang mengemban amanah untuk mencari ilmu di Al Azhar, Mesir.Ada komentar dari seorang teman yang sudah lama membaca buku Ayat-ayat Cinta (AAC) “mending gue gak nonton filmnya, gue khawatir isi filmnya gak seperti essensi dari buku aslinya”. Bahkan seorang teman yang sudah melihat filmnya berkomentar seperti dibawah ini :

• Akting Rianti dalam membawakan peran Aisyah.
Apa yah? Suaranya seperti tidak pas untuk sebagai seorang Aisyah, sang muslimah. Mungkin sepertinya yang meng-casting memilih karena kecocokan wajah Rianti di balik cadar dan jilbab.
• Karakter Fahri.
Di awal cerita digambarkan sebagai orang yang cukup tenang saat bahan skripsinya hilang. Pemimpin sebuah organisasi yang terlihat berwibawa. Pelajar yang pintar. Namun saat klimaks, terlihat seperti orang yang labil, bodoh dan emosional. Bahkan sempat kebingungan, padahal dia tahu bahwa dia memiliki saksi kunci: Maria. Ekspresinya layak seperti sinetron-sinetron Indonesia pada umumnya, terlalu ekspresif.
• Materi agama.
Surga ada di telapak kaki ibu? Yup, ada satu materi yang saya cukup mengerti. Dan itu bertentangan dengan apa yang ada di AAC. Entah materi agama yang lain, sepertinya perlu diadakan audit neh.
• Peran pembantu, si penghuni penjara.
Who the hell he is? Kalau memang ingin memunculkan sosok yang bijak, kenapa harus sosok penghuni penjara tersebut yang saat pertama muncul terkesan bodoh dan tidak baik. Lalu sejalan dengan cerita, menjadi semakin pandai dan bijak. Kenapa tidak digambarkan sebagai suara hati saja seh?
• Sekolah Al-Azhar.
Ternyata bersekolah jauh-jauh ke Mesir hanya untuk kembali diajar oleh orang Indonesia juga :3
• Minim nasehat atau kata-kata indah yang menggetarkan hati.

Bagaimana dengan anda, masih ingin menonton filmnya? Atau anda punya komentar lain…