03 Maret 2008

Film Ayat-ayat Cinta (AAC)

Sudah nonton Film Ayat-ayat Cinta (AAC) atau baru mau nonton ?
Film ini sepertinya memberikan animo yang cukup besar kepada masyarakat sampai – sampai seorang Din Syamsudin pun dalam sebuah iklan di televisi merekomendasikan kepada umat Islam untuk menonton film ini. Seperti apa sih film ini? Apa film ini memberikan pelajaran yang baik atau ilmu yang bermanfaat kepada para penontonnya, jujur saja saya sendiri belum menontonnya dan gak kepengen nonton, bukunya aja belum pernah saya baca.

Film Ayat-ayat Cinta (AAC) jika dilihat sekilas akan nampak seperti kisah Nabi Yusuf ketika dituduh memperkosa, dengan sedikit tambahan alur-alur. Sama seperti film luar, Contact, yang hampir serupa dengan cerita Isra Miraj. Namun AAC hadir di masa kini mengenai seorang pemuda yang sedang mengemban amanah untuk mencari ilmu di Al Azhar, Mesir.Ada komentar dari seorang teman yang sudah lama membaca buku Ayat-ayat Cinta (AAC) “mending gue gak nonton filmnya, gue khawatir isi filmnya gak seperti essensi dari buku aslinya”. Bahkan seorang teman yang sudah melihat filmnya berkomentar seperti dibawah ini :

• Akting Rianti dalam membawakan peran Aisyah.
Apa yah? Suaranya seperti tidak pas untuk sebagai seorang Aisyah, sang muslimah. Mungkin sepertinya yang meng-casting memilih karena kecocokan wajah Rianti di balik cadar dan jilbab.
• Karakter Fahri.
Di awal cerita digambarkan sebagai orang yang cukup tenang saat bahan skripsinya hilang. Pemimpin sebuah organisasi yang terlihat berwibawa. Pelajar yang pintar. Namun saat klimaks, terlihat seperti orang yang labil, bodoh dan emosional. Bahkan sempat kebingungan, padahal dia tahu bahwa dia memiliki saksi kunci: Maria. Ekspresinya layak seperti sinetron-sinetron Indonesia pada umumnya, terlalu ekspresif.
• Materi agama.
Surga ada di telapak kaki ibu? Yup, ada satu materi yang saya cukup mengerti. Dan itu bertentangan dengan apa yang ada di AAC. Entah materi agama yang lain, sepertinya perlu diadakan audit neh.
• Peran pembantu, si penghuni penjara.
Who the hell he is? Kalau memang ingin memunculkan sosok yang bijak, kenapa harus sosok penghuni penjara tersebut yang saat pertama muncul terkesan bodoh dan tidak baik. Lalu sejalan dengan cerita, menjadi semakin pandai dan bijak. Kenapa tidak digambarkan sebagai suara hati saja seh?
• Sekolah Al-Azhar.
Ternyata bersekolah jauh-jauh ke Mesir hanya untuk kembali diajar oleh orang Indonesia juga :3
• Minim nasehat atau kata-kata indah yang menggetarkan hati.

Bagaimana dengan anda, masih ingin menonton filmnya? Atau anda punya komentar lain…


1 komentar:

Anonim mengatakan...

kayanya filmnya kurang islami deh, mungkin karna promosinya aja kali yah. kl mo rekomendasi tuh film Children of Heaven itu baru namanya film islami yg bermanfaat